HARAPAN DI DASAR LAUT | E-CERPEN



    —HAPPY READING—


    “Berita terkini.”

    “Tersangka melakukan penangkapan ikan secara ilegal dengan menggunakan bom. Sehingga membuat ekosistem laut terancam, khususnya bagi terumbu karang.”

    Ck!

    Kiya kesal dengan berita pagi ini. Bagaimana bisa masih ada orang yang masih mementingkan diri sendiri? Di mana ketika dia dan teman-temannya ingin ikut membantu melestarikan terumbu karang, tetapi orang lain seenaknya sendiri merusaknya.

    Selama sebulan ini, Kiya dan teman-temannya sibuk mendaftarkan diri sebagai volunteer untuk melestarikan salah satu ekosistem laut yaitu terumbu karang. Pendafataran tersebut tidak mudah, mereka harus melewati beberapa seleksi yang diadakan secara online dari panitia karena tidak mau mengirimkan para volunteer yang hanya ingin pergi berlibur saja, bukan karena tujuan pelestarian bersama.

    Bagi peserta yang lulus berbagai seleksi tersebut akan melakukan kegiatan volunteer gratis ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. Iya, gratis! Tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Keren, kan? Kiya berharap dia, Dara, Nael, dan Alex akan lulus seleksi dan mereka bersama akan pergi ke Pulau Lombok! Tidak hanya untuk menambah pengalaman dan membantu, tetapi juga sebagai healing menyiapkan kelas dan semester baru!

    TOK! TOK! TOK!

    “Kiya, bukain pintunya!” teriak Mama dari dapur.

    “Iya, mah!”

    Ck! Sapa sih pagi-pagi begini udah bertamu aja, batin Kiya kesal karena menganggu libur paginya.

    Jgleg

    “KIYAAA! KITA SEMUA LOLOS, KI!” teriak gadis di depannya dan menghamburkan pelukan bahagia ke Kiya. Kiya yang menerima itu kaget. Masih mecoba mencerna setiap kata yang diucapkan Dara. “Hah! Seriusan?! Demi apa?! Emang sekarang pengumumannya?!” tanya Kiya tidak percaya.

    “Iya, Kiyaaaa! Kamu tau gak ….”

    “Enggak.”

    “Duh, belum selesai ngomong aku tuh!” ucap Dara dan memanyunkan mulutnya kesal, “aku semalaman gak bisa tidur nunggu nih pengumuman. Katanya kan pengumumannya jam 12 malam kan, tapi kok belum ada? Terus pagi jam 5 bunyi notifikasi pengumuman dan … yeiii kita semua lulus!”

    “Semua? Gak boong kan?”

    “Iya, ya ampun. Kalau gak percaya cek sendiri coba.”

    Karena memang ‘gak percaya’ banget Kiya mencoba mengeceknya sendiri dan …. Panggilan video grub terdengar di kedua HP gadis itu.

    “WOI! KITA SEMUA LOLOS!”

    Oke, tidak salah lagi mereka benar-benar lulus seleksi. Tidak ada yang tertinggal. Mereka berempat akan pergi ke Pulau Lombok bersama! Perjalanan persahabatan yang dinanti-nantikan.

***

 

    Sampailah mereka di Pelabuhan Lembar, Lombok setelah berjam-jam perjalanan yang mereka lalui Kiya, Dara, Nael, Alex, dan 11 volunteer lainnya semakin dibuat tidak sabar untuk kegiatan keesokan harinya.

    Benar yang orang-orang katakan. Pulau Lombok sangatlah indah. Dari ketinggian terlihat sangat indah di mata. Laut yang biru dan jernih, suara nyaring laut dan nyanyian para burung terdengar sangat syahdu. Benar-benar sangat terjaga sekali. Keindahan alam masih tampak di sini. Jika saja keindahan pantai di pulau ini dijadikan puisi sudah tidak diragukan lagi berapa kali pujian terhadapnya.

    “Widih, bagus juga. Gak sabar healing—Aduh!” Alex meringis sakit.

    “Inget tujuan utama kita memang ‘benar-benar menyelamatkan’ alam, baru kita healing,” ucap Dara ketus tidak mau kegiatan ini dijadikan bercandaan.

    “Iya, selesaiin tujuan utama kita baru deh healing,” sahut Kiya.

    “Yap, toh, kita di sini melalui seleksi banyak hal. Hebat kan, kita yang paling muda di antara volunteer lain. Sebagai yang paling muda dan anak SMA biasa, kita tunjukan seberapa pedulinya anak muda terhadap alam dan seberapa mampu anak SMA biasa ini dapat mengajak masyarakat luas untuk menyelamatkan alam." Benar kata Nael, sebagai anak muda generasi bangsa kita tunjukan semua yang kita dapat lakukan. Kita coba semua hal yang baik selagi masih muda.

    Seperti pada umumnya ketika bertemu dengan orang baru haruslah berkenalan apalagi mereka sekelompok volunteer dan haruslah membangun keakraban dan kerjasama supaya kegiatan ini berhasil sesuai rencana. Tidak perlu berlama-lama, Kiya, Dara, Nael, Alex, dan peserta lainnya sudah dapat berbaur walaupun terdapat berbedaan umur, jenjang Pendidikan, juga karir.

    Panitia memimpin jalannya para peserta. Mengarahkan mereka semua ke tempat-tempat indah di Pulau Lombok sekaligus memberi tahu di pantai mana kegiatan mereka akan dilakukan yaitu di Pantai Senggigi. Sementara itu Alex sibuk mengangkat HP-nya.

    “Ngapain Lex?” tanya Nael.

    “Nyari sinyal. Jelek banget sinyalnya di sini.”

    “Ngapain masih sibuk sama HP kalau di sekelilingmu ini penuh dengan keindahan alam? Tangkap baik-baik keindahan ini dan taruh di memori ingatan, karena belum semua orang pernah melihat hal seperti ini. Nikmati aja.” Benar kata Nael. Selagi mereka di sini, ngapain masih sibuk dengan HP yang sehari-hari sudah kita lihat terus?

    Sore hari sudah tiba dan panitia mengantarkan para peserta ke hotel. Kamar hotel tersebut luas, mampu menampung sekitar 5 orang. Sehingga pada kegiatan volunteer ini panitia memesankan 3 kamar untuk 15 peserta. 1 kamar untuk 5 peserta perempuan dan 2 kamar untuk 10 peserta laki-laki. Karena sebelum-sebelumnya mereka sudah kenal, maka dari itu tidak ada kecanggungan di antara mereka.

    Pagi tiba dan kegiatan pertama yang mereka lakukan adalah sarapan bersama. Kiya, Dara, Nael, Alex duduk bersama. Makan mereka terganggu akibat suara ketikan laptop Alex yang sibuk sedari tadi.

    “Ngapain sih, Lex?!” tanya Kiya kesal karena terganggu makannya.

    “Aku lagi buat blog. Untung di sini sinyalnya bagus.”

    “Buat apaan?” sahut Dara kepo.

    “Ya, gabut doang. Isi blognya tentang cerita kita.”

    “Yaelah gitu doang,” ucap Dara dan Kiya serempak.

    “Walaupun kelihatannya membuat blog mudah, tapi aslinya susah. Ada beberapa tampilan yang kita inginkan itu membutuhkan percodingan,” jawab Nael dan melanjutkan makannya dengan nikmat. Mendengar kata ‘coding’ sudah membuat Dara dan Kiya geli, mereka tidak bisa membayangkan gimana rumitnya berhadapan dengan angka, huruf, dan simbol sehingga jika semua itu disatukan akan membuat sebuah hasil akhir atau tampilan yang diinginkan. “Tuh, dengerin. Dikira gampang napa!” ucap Alex ketus.

    "Eh, waktu di pesawat kan aku cari informasi tentang Pulau Lombok. Ternyata di sini pernah ada Kerajaan Islam," ucap Dara mengalihkan topik supaya kekesalan Alex terlupakan.

    "Oh, iya? Apa namanya?" tanya Kiya penasaran.

    "Kerajaan Selaparang," jawab Nael dengan bangga.

    "Ihhh, kok tau?!" tanya Dara tidak terima.

    "Iya, dong, Nael gitu loh," jawab Nael dengan bangga sekali lagi.

    "Kira-kira ada gak peninggalannya?" tanya Alex penasaran dan rencana Dara berhasil.

    "Ada! Peninggalan makan sama masjid," jawab Dara.

    "Setelah kegiatan volunteer jom kita telusuri!" ajak Kiya

    "JOM!"

***

 

    “Kamu tumbuh yang cantik, ya! Gak boleh rusak!”

    “Kenapa, Dar? Ngomong sama siapa? Aneh banget ngomong sendiri,” tanya Nael diselingi ejekannya.

    “Yeee, terserah aku lah!” jawab Dara ketus lalu pergi menjauhi Nael. Dia tidak mau mood-nya yang lagi bagus ini musnah karena gangguan para manusia dajjal. Kiya dan Alex yang melihat itu tertawa terbahak.

    Panitia menjelaskan bahwa bibit terumbu karang tersebut merupakan bibit terbaik yang sudah terselektif. Juga, untuk bibit yang dalam keadaan stress akan tidak ditanam. Ketika sudah ditanam akan ada pemantauan khusus oleh para ahli.

    Lalu ada seorang bapak yang memang ahli dalam terumbu karang. Beliau menjelaskan cara memperbaiki terumbu karang yang rusak. Beliau tidak menjelaskan teori saja, tetapi juga dipraktekkan. Perawatan terumbu karang dilakukan dengan melakukan rehabilitas aktif, seperti meningkatkan populasi karang dengan budidaya dan menanamnya,  mengurangi alga yang hidup bebas, serta meningkatkan ikan-ikan karang.

    Namun, untuk masyarakat Indonesia jika mau ikut andil dalam merawat dan melestarikan terumbu karang tidak juga dengan ikut volunteer seperti ini, tetapi dengan membuang sampah di tempat sampah. Bagi para nelayan tidak boleh menangkap ikan dengan bahan peledak atau bahan illegal karena bahan tersebut dapat mengancam ekosistem laut.

    Ternyata dalam menanam terumbu karang sesusah itu. Tidak hanya asal tanam lalu ditaruh di dasar laut, tetapi masih ada perawatan lain dan Alex dan teman-teman sempat mencari lama tumbuhnya terumbu karang yang murni tumbuh secara alami akan memakan waktu 50.000 sampai 100.000 tahun. Sesusah dan selama itu untuk menunggu mereka tumbuh, tetapi kita para manusia semudah itu merusaknya. Mengetahui hal itu membuat mereka sedih karena keterlibatan mereka langsung dengan alam membuat mereka ikut merasakan serusak ini alam karena ulah manusia. Berharap terumbu karang yang meraka tanam akan tumbuh dengan baik dan terumbu karang yang mereka pulihkan dapat terselamatkan kembali.

    Waktunya tiba untuk melihat dipindahkannya terumbu karang yang sudah ditanam sebelum-sebelumnya ke dasar laut. Bibit terumbu karang yang sudah memunculkan terumbu karang mini. Lucu, itu kata pertama yang Dara pikirkan setelah melihatnya. Dipindahkannya ke dasar laut dilakukan oleh penyelam khusus. Walaupun merek tidak ikut serta dalam penyelaman, tetapi mereka bisa melihat kondisi terumbu karang yang dibawa ke dasar laut itu dengan bantuan teknologi. Penyelam menggunakan kamera khusus sehingga gambar yang tertangkap di kamera langsung terkirim ke laptop. Para volunteer itu terkagum. Mata mereka fokus tertuju pada layar, menikmati keindahan di sana.

    Penyelam sudah sampai di tepi pantai, berjalan dan melambai pertanda misi sudah selesai membuat semua orang senang. Waktu yang tepat kesenangan tersebut diselingi matahari terbenam yang indah. Langit kejinggaan di pantai sangat menakjubkan mata. Langit di tepi pantai itu menjadi pertanda adanya harapan di dasar laut. 

    “EH ADA ANAK PENYU!” teriak Kiya.

    “MANA?!” tanya Dara ingin tahu.

    “ITU!” tunjuk Kiya girang.

    Dara mengganti arah pandangannya kea rah tunjukan Kiya dan … “IH LUCU BANGET!”

    Dara dan Kiya menengok ke sana ke mari dan mendapati Alex dan Nael yang di atas telapak tangan mereka terdapat bayi penyu kecil.

    “Dapet darimana?” tanya Dara dan Kiya serempak.

    “Tuh, Si Bapak minta tolong kita buat ngelepasin penyu-penyu itu.” Tunjuk Nael ke arah para volunteer yang terduduk di atas pasir bermain bersama bayi penyu.

    “Makanya jangan foto mulu. Jadinya ketinggalan info, kan?” ejek Alex membuat Dara dan Kiya kesal. Dara dan Kiya saling memandang, mengambil segenggam pasir dan mengejar Alex yang tak jauh dari mereka. Alex yang mengetahui maksud mereka segera lari cepat sambil membawa bayi penyu itu.

    Kiya mengarahkan lemparannya agar tepat mengenai Alex dan … PLAK!

    “HAHAHAHA!” tawa Alex puas karena yang terkena adalah Nael.

    SORRY!”


Posting Komentar

0 Komentar