EVEN | E-cerpen



    Langit yang cerah dan burung bernyanyi seperti suasana hati kedua sahabat ini. Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Ken dan Dev. Akhirnya pabrik pakaian yang mereka rencanakan bersama telah selesai dibangun. Pabriknya tidak besar dan tidak juga terlalu kecil, tetapi cukup untuk membuat ribuan baju beserta sablonan yang akan dipesan.

    Pabrik itu bernama"Even" singkatan dari nama Ken dan Dev. Ken memandangi pabrik itu dengan penuh kekaguman dan mata berbinar. "Akhirnya," gumam Ken sambil mengingat kembali bagaimana upaya dirinya dan Dev untuk mencapai impian usaha mereka bersama-sama. Dev menepuk pundak Ken membuyarkan lamunannya. "Jangan ngelamun entar kesambet setan." 

    Akhir-akhir ini mereka sibuk mempromosikan Even. Mereka punya ide, zaman sekarang K-Pop sedang trend mereka memutuskan untuk meniru fashion pakaian dari para Idol K-Pop beserta desain sablonan mereka yang buat. Ternyata ide ini berhasil. Banyak peminat yang memesan. Tidak hanya itu saja toko besar merchandise K-Pop pun memesan banyak. Hal ini membuat Ken dan Dev bangga dengan apa yang sudah mereka raih walaupun dalam bisnis ini mereka masih pemula.

    Setiap pakaian yang sudah jadi diukur ulang untuk memastikan ukurannya tepat dan dihitung berapa beratnya setiap set. Setelah itu pakaian yang akan dikirim disemprotkan disinfektan supaya steril, tidak ada virus seperti Coronavirus atau Covid-19.

    Beberapa bulan berjalan tidak disangka mereka butuh dana lebih karena permintaan yang banyak melebihi ekspektasi dan perkiraan mereka. Mereka membutuhkan dana untuk mengembangkan Even. Sementara usaha Dev yang lain seperti cafe dan restorannya sedang mengalami penurunan. Jika menggunakan dana yang Ken punya tentu tidak cukup. Dana yang Ken punya hanya bisa dibuat untuk membayar gaji karyawan-karyawan mereka.

    "Ken, sorry. Ini bener-bener diluar kemampuanku. Aku gak bisa bantu Even," ucap Dev gelisah.

    "Gak pa-pa. Kita cari solusinya sama-sama. Gak usah ngerasa gak enak. Pasti ada solusinya dan pasti Even semakin besar," jawab Ken memberi semangat sahabatnya.

    Ken punya rencana, dia langsung mengambil HP-nya dan menghubungi OJK (otoritas jasa keuangan) untuk meminjam modal. Ternyata untuk meminjam dana lumayan ribet. Ken dan Dev bekerja sama membuat proposal jumlah pinjaman dana yang dibutuhkan.

    "Dev, kok proposal kita belum ada kabar?" tanya Ken cemas karena sudah 1 minggu lebih belum ada kabar diterimanya proposal mereka.

    "Udah. Sabar. Aku tau menunggu tuh berat ...," jawab Dev diselingi candaan. "Waktu kuliah ya kayak gini juga, kan? Emang kalau udah berhubungan dengan proposal ya harus sabar." Mendengar itu Ken mengangguk setuju tapi anggukannya lemah. 

    Setelah 2 minggu lebih menunggu kepastian, akhirnya proposal itu diterima. Tentu saja itu membuat Ken dan Dev senang. Dengan semua dana pinjaman tersebut membuat Even berkembang. Ken dan Dev membuat toko sendiri untuk jualan mereka tetapi juga memproduksi untuk dijual ke orang lain. Tidak hanya itu saja mereka menambah jumlah karyawan dengan berbagai bidang dan membeli mesin-mesin untuk menambah jumlah produksi. Mereka memanfaatkan teknologi dalam mencari karyawan yaitu melalui media sosial dan review masyarakat terhadap merk mesin yang akan mereka beli melalui web.

    Karena karyawan bertambah banyak dan karyawan utama membutuhkan komputer yang pastinya membutuhkan WIFI untuk mempermudah dalam bekerja maka Ken dan Dev memutuskan untuk menggunakan jasa WIFI dengan sinyal yang kuat. WIFI sendiri menggunakan jaringan perangkat elektronik yang disebut dengan IoT (Internet of Things). Ken dan Dev tidak menyangka teknologi semakin berkembang dan maju. Bagaimana teknologi di masa mendatang apakah nanti ada robot yang menggantikan pekerjaan manusia?

    Mesin-mesin yang mereka beli ada gunanya juga. Mereka tidak rugi sama sekali bahkan lebih untung karena mesin-mesin itu membuat pakaian dan menyablon dengan rapi bahkan lebih berkualitas membuat permintaan semakin banyak dan terkenal di internet. 

Tidak hanya stuck di 1 ide saja, Ken dan Dev memikirkan ide fashion pakaian dan desain sablonan apalagi yang akan menambah peminat? Usaha tersebut mengajarkan Ken dan Dev bagaimana cara menangani masalah dan mengasah semua ide mereka.

    Beberapa tahun yang penuh dengan jatuh bangun bukanlah jalan yang mudah untuk mereka lalui. Semua usaha mereka tidak sia-sia, Even menjadi salah satu brand dalam negeri yang mendunia. Kini mereka mengekspor produk mereka ke luar negeri dan membuka cabang toko di sana. Mereka berdua pun mendapat undangan seminar sebagai "Pengusaha Muda Sukses".

    "Ken, aku bangga sama pencapaian kita," ucap Dev memandang sabahat seperjuangannya itu.

    "Hahaha, gak kamu doang. Gak nyangka Even berkembang sampai saat ini." Ken merangkul Dev.

    "Yap, melebihi ekspektasi kita," ucap Dev bangga.

...

"Kerja keras membuahkan hasil"—Kelompok 5

...

—Selesai—


Posting Komentar

0 Komentar